Meneropong Indonesia

































“Perhatian bagi penumpang agar menjauh dari jalur lima”. Sancaka melambat di relnya. Tak tahu dia dari mana, tetapi dia akan mengantar sepuluh delegasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ke Yogyakarta. Tak sekedar jalan-jalan tengah semester, mereka akan bertemu “Indonesia” yang dinaungi oleh APTIK.


No caption needed


Intercultural Student Camp, begitu nafas kegiatan yang dihembuskan. Manusia membangun kota, kota membangun manusia, begitu jiwa dari kegiatan ini. Seperti judulnya, kegiatan ini terdiri dari perkemahan serta pemaparan tentang budaya yang tersebar di Indonesia. Peserta dari kegiatan ini adalah Universitas Katolik di Indonesia, yaitu : Univ. Sanatha Dharma Yogyakarta, Unika Widya Karya Malang, Unika Widya Mandala Surabaya, Unika Widya Mandala Madiun, Unika Soegijapranata Semarang, STIKES St. Vincentius A. Paulo, St. Thomas Medan, Unika Parahyangan Bandung, Unika Dharma Cendika, Unika Widya Mandira Kupang, Musi Charitas, STIK St. Carolus, Unika Widya Karya Malang, Unika Atmajaya Jakarta, Unikat Atmajaya Yogyakarta, dan Unika De La Salle Manado.


Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama dari Student Mobility Program. Untuk meningkatkan persatuan Indonesia, khususnya Budaya Indonesia, kita harus bersentuhan fisik. Tanpa itu, dengan kata-kata, dengan seruan, itu semuanya hanya khayal.

Hari pertama, malam pertama, peserta langsung dihibur dengan penampilan yang memukau dari Tarian Pakat Dayak, Tarian Grisada (yang baru saja ikut kompetisi d Malaysia),  Band Komanta (Komunitas Mahasiswa NTT Atmajaya), Tarian Toraja, dan yang terakhir dari Paduan Suara Kantus Firmus, UNIKA Sanatha Dharma Yogyakarta.

Komanta : Komunitas Mahasiswa NTT Atmajaya)
Kelompok Tari Grisada
Paduan Suara Kantus Firmus


Angelina Ika Rahutami, Asisten Koordinator Mobility Program APTIK, Juga adalah salah satu dosen UNIKA Soegijapranata, mengharapkan orang muda Indonesia menjadi the whole person, berkarakter utuh yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik tanpa dibatasi oleh apapun.


Angelina Ika Rahutami, Asisten Koordinator Mobility Program APTIK

Juga dalam pemaparan disebutkan bahwa, setiap manusia, apalagi setiap budaya, memiliki value yang berbeda. Tidak ada nilai yang lebih tinggi dari nilai yang lain. Pertanyaan bagi kita sekarang, apakah nilai budaya itu mampu kita jaga dan merealisasikan dalam tindakan dan perilaku dengan baik?
Delegasi Unika Widya Mandala Surabaya bersiap untuk mengikuti Outbound.

Mengindahkan hidup dalam perbedaan. Mari berbagi. Ajakan ini sungguh sangat ampuh khasiatnya. Para peserta tak lagi canggung untuk berbicara tentang keadaan mereka. Isu yang paling bergema adalah tentang cara berbaur. Budaya secara tak sengaja membentuk kotak-koktak antar mahasiswa. Apakah itu baik? Mungkin baik bagi kita yang berkumpul dalam zona nyamannya. Tapi bagi Indonesia? Bagi dunia? Tentu saja tidak.

Suasana Outbound




Peserta juga berkesempatan untuk mengunjungi pusat Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Bertemu dengan Djaduk Ferianto yang tak lain adalah anak dari Pak Bagong Kussudiadja dan saudara kandung dari Butet Kertaredjasa.


Djaduk Ferianto sedang memberi pemaparan budaya Indonesia melalui musik.


Pemain kecapi yang siap menghibur peserta ISC 2015
Dalam kesenian, kita tidak terlalu tergantung dengan fisik, kita lebih mengutamakn spirit. Dengan berbagai macam kesenian di Indonesia kita dapat melihat begitu majemuknya Indonesia itu.

“Belajar Indonesia melalui musik”.


Rangakaian kegiatan ditutup dengan smepurna dengan Gala Dinner bersama dengan petinggi dari seluruh Universitas Katolik yang bergabung dalam APTIK.

Potret seluruh peserta ISC 2015





Menuju indonseia itu adalah proses, proses yang sangat panjang, sangat melelahkan, tetapi sangat indah untuk dijalani.


Bersama Bapak Rektor Unika Widya Mandala Surabaya.



 Sekian
LR Susilo.








Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes